JawaPos.com-Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (PPIM UIN) meluncurkan hasil riset mereka, Kamis (28/11).
Subjek penelitian tersebut merupakan pelaku sekolah rumah atau homeschooling. Tema riset PPIM UIN yakni radikalisme dan homeschooling: Menakar Ketahanan dan Kerentanan. Kesimpulan dalam studi tersebut adanya resiko persebaran ideologi ekstrem intoleran lewat homeschooling.
Koordinator penelitian Arif Subhan menyampaikan bahwa riset ini dilatarbelakangi kasus bom Surabaya pertengahan 2018. Menurut media massa, pelaku pengeboman adalah orangtua yang diduga tak mengirimkan anaknya ke sekolah formal. Mereka mendidik anaknya di rumah.
Menurut Arif, layanan pendidikan alternatif yang sedang tumbuh di Indonesia, memiliki potensi kerentanan terhadap paparan pandangan keagamaan radikal. Juga bisa menyuburkan paham radikalisme.
Penelitian ini membagi dua jenis sekolah rumah. Yakni sekolah rumah berbasis nonagama dan sekolah rumah berbasis agama. Pada jenis kedua ini, terdapat tiga bagian, yakni sekolah rumah berbasis Islam salafi inklusif, sekolah rumah berbasis Islam salafi eksklusif, dan sekolah rumah berbasis nonIslam.
Dari 56 sampel homeschooling di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Solo, Surabaya, Makassar, dan Padang, ada lima homeschooling yang terindikasi terpapar radikalisme.
Sebelumnya seperti yang dikutip dari Jawa Pos (29/11), Project Manager PPIM UIN Didin Syafruddin mengatakan bahwa masyarakat yang cenderung dikucilkan dari lingkungan sosial, lebih memilih pendidikan homeschooling. Saat anak tidak mendapat pendidikan formal, kata Didin, maka potensi untuk terkena paham radikalisme semakin besar.
Terhadap temuan riset PPIM UIN, Perkumpulan Homeschooler Indonesia (PHI) memberikan jawaban. PHI mengapresiasi PPIM UIN yang telah melakukan riset tentang homeschooling. ”Riset ini memberi sumbangan baru terhadap khazanah penelitian tentang homeschooling yang masih sedikit di Indonesia. PHI berharap kedepannya makin banyak akademisi yang meneliti soal homeschooling dan menginformasikan hasil risetnya ke publik,” ucap Ellen Nugroho Koordinator Nasional PHI dalam siaran pers yang diterima Jawa Pos (3/12).
Namun, Ellen mencatat bahwa para peneliti perlu sangat cermat melakukan riset literatur tentang isu homeschooling ini. Khususnya aspek sejarah, filosofi, dan metode homeschooling. Sebab, saat ini banyak sekali salah kaprah pemahaman yang beredar tentang homeschooling.
Baik di antara pejabat pemerintah maupun masyarakat.
”PHI menyayangkan adanya stereotip dan prasangka negatif dalam pernyataan Project Manager PPIM UIN bahwa yang memilih homeschooling adalah orang-orang yang dikucilkan secara sosial,” kata Ellen.
Perkumpulan Homeschooler Indonesia: Jangan Stigma Homeschooling